Wujud Kebudayaan dari suku "Batak"
Adat adalah bagian dari pada Kebudayaan,
berbicara kebudayaan dari suatu bangsa atau suku bangsa maka adat kebiasaan
suku bangsa tersebut yang akan menjadi perhatian, atau dengan kata lain bahwa
adat lah yang menonjol didalam mempelajari atau mengetahui kebudayaan satu suku
bangsa, meskipun aspek lain tidak kalah penting nya seperti kepercayaan,
keseniaan, kesusasteraan dan lain-lain .
Orang Batak mengenal 3 (tiga) tingkatan adat
yaitu:
1. Adat
Inti, adalah seluruh kehidupan yang terjadi (in illo tempore) pada permulaan
penciptaan dunia oleh Dewata Mulajadi Na Bolon. Sifat adat ini konservatif
(tidak berubah).
2. Adat Na
taradat, adat yang secara nyata dimiliki oleh kelompok desa, negeri, persekutuan
agama, maupun masyarakat. Ciri adat ini adalah praktis dan flexibel, setia pada
adat inti atau tradisi nenek moyang. Adat ini juga selalu akomodatif dan lugas
menerima unsur dari luar, setelah disesuaikan dengan tuntunan adat yang asalnya
dari Dewata.
3. Adat Na
niadathon, yaitu segala adat yang sama sekalibaru dan menolak adat inti dan
adat na taradat, adat na diadatkan ini merupakan adat yang menolak kepercayaan
hubungan adat dengan Tuhan, bahkan merupakan konsep agama baru (Kristen, Islam
dll) yang dipandang sebagai adat, yang justru bertentangan dengan agama asli
Batak atau tradisi nenek moyang. (Sinaga, 1983).
Berdasarkan ketiga tingkatan adat tersebut
diatas. Adat yang sekarang dilakoni orang Batak adalah Adat tingkat kedua.
Namun dibeberapa bagaian kelompok Batak sudah mendekati tyingkat ketiga.
Meskipun ini terjadi sadar atau tidak sadar dilakukan.
Unsur Budaya Batak
A. Bahasa
Dalam kehidupan dan pergaulan
sehari-hari, orang Batak menggunakan beberapa logat:
1. Logat Karo yang dipakai oleh orang Karo;2. Logat Pakpak yang dipakai oleh Pakpak;3. Logat Simalungun yang dipakai oleh Simalungun;4. Logat Toba yang dipakai oleh orang Toba, Angkola dan Mandailing.
Bahasa Batak bisa dibagi menjadi beberapa kelompok:
Bahasa Batak Utara
o
Bahasa Alas
o
Bahasa Karo
Bahasa Batak Selatan
o
Bahasa Angkola-Mandailing
o
Bahasa Pakpak-Dairi
o
Bahasa Simalungun
o
Bahasa Toba
B. Teknologi
Masyarakat
Batak telah mengenal dan mempergunakan alat-alat sederhana yang dipergunakan
untuk bercocok tanam dalam kehidupannya. Seperti cangkul, bajak (tenggala dalam
bahasa Karo), tongkat tunggal (engkol dalam bahasa Karo), sabit (sabi-sabi)
atau ani-ani. Masyarakat Batak juga memiliki senjata tradisional yaitu, piso
surit (sejenis belati), piso gajah dompak (sebilah keris yang panjang), hujur
(sejenis tombak), podang (sejenis pedang panjang). Unsur teknologi lainnya
yaitu:
ULOS
adalah sebuah kain tenun hasil karya suku Batak yang berbentuk selendang. Ulos
dikenal oleh suku Batak sejak abad ke-14, seiring masuknya alat tenun tangan
dari India. Umumnya, panjang ulos mencapai 2 meter dengan lebar 70 cm. Ulos
melambangkan cinta kasih seseorang terhadap sesama. Awalnya ulos berfunsi untuk
menghangtkan badan (sebagai selimut atau sebagai selendang untuk menutupi tubuh
dari udara dingin), tetapi pada zaman sekarang ulos memiliki fungsi simbolis untuk
hal-hal dalam kehidupan suku Batak. Setiap ulos memiliki makna tersendiri.
Dalam pandangan suku Batak, ada tiga unsur dalam kehidupan manusia, yaitu
darah, nafas, dan panas. Darah dan nafas adalah pemberian dari Tuhan, sedangkan
panas yang diberikan matahari tidaklah cukup untuk menghangatkan udara dingin
dipemukiman suku Batak, apalagi pada saat malam hari. Menurut suku Batak, ada
tiga sumber yang dapat memberi panas kepada manusia, yaitu matahari, api dan
ulos. Ulos berfungsi memberi panas yang dapat menyehatkan tubuh.
Cara
memakai ulos bermacam-macam tergantung pada situasinya. ada orang yang memaki
ulos dibahunya seperti memakai selendang, ada yang memakainya sebagai kain
sarung, ada yang melilitkannya dikepala dan ada pula yang mengikatnya secara ketat
dipinggang. Arti dan fungsi kain khas suku Batak ini sejak dulu hingga sekarang
tidak mengalami perubahan, kecuali berbeda variasi yang disesuaikan dengan
kondisi sosial budaya. Ulos kini tidak hanya berfungsi sebagai lambang
penghangat dan kasih sayang, melainkan juga sebagai lambang kedudukan, lambang
komunikasi, dan lambang solidaritas.
Ada
banyak sekali macam – macam ulos yang dibuat oleh suku Batak, yaitu:
1. Ulos Ragidup
Ulos
ini merupakan ulos yang derajatnya paling tinggi. Pembuatan ulos ragidup adalah
pembuatan ulos yang sangat sulit. Disebut ulos ragidup karena terdiri dari
warna, lukisan, serta corak (ragi) yang memberi kesan meriah seolah-olah ulos
benar-benar hidup (idup). Ulos Ragidup merupakan sebuah simbol kehidupan.
Selain sebagai simbol kehidupan, ulos ini juga sebagai simbol doa restu untuk
kebahagian dalam sebuah kehidupan rumah tangga, yakni agar keluarga tersebut
memiliki banyak keturunan, banyak rejeki, dan panjang umur. Dalam upacara adat
perkawinan suku Batak, ulos ragidup diberikan oleh orang tua pengantin
perempuan kepada ibu pengantin lelaki agar si penerima ulos bisa menerima
menantunya dan dapat hidup bersama – sama.
2. Ulos Ragihotang
Ulos
ini juga termasuk memiliki derajat yang tinggi, namun cara pembuatannya tidak
sesulit ulos ragidup. Ulos ini biasanya digunakan pada saat upacara pernikahan.
Ulos ini diberikan oleh orangtua mempelai perempuan kepada menantu lelakinya
atau yang biasa disebut ulos Hela. Disebut ulos ragihotang karena memiliki
makna kedua mempelai memiliki ikatan pernikahan yang kuat, yang tak mudah
dipatahkan seperti rotan (hotang).
3. Ulos Sibolang Rasta
Ulos
ini juga digolongkan sebagai ulos berderajat tinggi, sekalipun cara
pembuatannya lebih sederhana. Ulos sibolang rasta biasa digunakan untuk keadaan
duka cita dan suka cita. Namun, warna hitamnya lebih banyak digunakan sebagai
perlambang kedukaan. Ulos ini diberikan kepada seorang wanita yang ditinggal
mati suaminya sebagai tanda menghormati jasanya selama menjadi istri almarhum.
Pemberian ulos tersebut biasanya dilakukan pada waktu upacara berkabung, dan
dengan demikian juga dijadikan tanda bagi wanita tersebut bahawa ia telah
menjadi seorang janda.
4. Ulos Maratur
Ulos
ini memiliki motif garis – garis yang menggambarkan jejeran burung atau bintang
yang tersusun teratur. Sebagai perlambang sikap patuh, rukun, dan kekeluargaan.
Termasuk dalam hal kekayaan dan kekuasaan. Dan biasanya ulos ini digunakan
dengan harapan agar setelah anak pertama dalam sebuah keluarga lahir akan
menyusul kelahiran anak-anak lainnya sebanyak burung atau bintang yang terlukis
dalam ulos tersebut.
5. Ulos Abit Godang
Ulos
yang memiliki harga yang cukup tinggi ini memiliki makna suatu harapan dari
orangtua agar anaknya berlimpah sukacita dan kebahagiaan. Konon, kain ini
memiliki tempat terhormat di mata masyarakat Batak – Toba.
6. Ulos Mangiring
Ulos
inilah yang biasa digunakan sehari-hari. Ada pula yang digunakan sebagai
tali-tali (tutup kepala kaum pria) dan saong (tutup kepala wanita). Biasanya
ulos ini diberikan oleh orang yang dituakan kepada cucu-cucunya.
7. Ulos Lobu – lobu
Ulos
ini tergolong dalam ulos yang jarang dikenal dan dimiliki. Biasanya hanya
digunakan oleh mereka yang dilanda kemalangan. Ulos ini tidak diperdagangkan.
Zaman dulu, ulos ini diberikan kepada anak perempuan yang sedang hamil supaya
proses melahirkan anak berjalan lancar, dan supaya bayi serta ibunya selamat
dan sehat.
8. Ulos Runjat
Ulos
ini biasanya hanya dimiliki mereka yang memiliki status tinggi di masyarakat.
Hanya digunakan pada acara-acara khusus.
9. Ulos Ragi Pakko
Ulos
ini biasanya digunakan sebagai selimut untuk menghangatkan tubuh dari udara
dingin. Ulos ini biasanya dimiliki oleh orang yang sudah memiliki cucu anak lelaki dan
anak perempuannya. Jarang sekali orang yang memiliki ulos ini, karena memiliki
aturan yang sangat banyak.
*
Masih banyak macam – macam ulos lainnya, yaitu Ulos Ragi Botik, Ulos Ragi
Angkola, Ulos Sirata, Ulos Silimatuho, Ulos Holean, Ulos Tumtuman / Edang –
edang, dsb.
Kalau kita melihat ulos dari besar – kecil biaya pembuatannya, ulos dapat
dibedakan dalam dua golongan :
1. Ulos Nabalga
Ulos
ini adalah ulos kelas tertinggi. Jenis ulos ini pada umumnya digunakan dalam
upacara adat sebagai pakaian resmi atau sebagai ulos yang diserahkan atau
diterima. Yang termasuk didalam golongan ini ialah: Sibolang, Runjat Jobit,
Ragidup, dsb.
2. Ulos Nametmet
Ulos ini ukuran panjang dan lebarnya lebih kecil dan lebih murah daripada ulos nabalga, tidak digunakan dalam upacara adat, melainkan untuk dipakai sehari-hari.AKTIVITAS BUDAYA BATAK
A. Pernikahan
Garis
besar tata cara dan urutan pernikahan adat batak Na Gok adalah sebagai berikut:1. Mangarisika.
2. Marhori-horiDinding/marhusip.
3. MarhataSinamot.
4. Pudun Sauta.
5. Martumpol (baca : martuppol)
6. Martonggo Raja atau Maria Raja.
7. Manjalo Pasu-pasu Parbagason (Pemberkatan Pernikahan)
8. Pesta Unjuk.
9. Mangihut di ampang (dialap jual)
10. Ditaruhon Jual.
11. Paranak makan bersama di tempat kediaman si Pria (Daulat ni si Panganon)
12. Paulak Unea.
13. Manjahea.
14. Maningkir Tangga (baca : manikkir tangga)
B. Kekerabatan
kelompok
kekerabatan suku bangsa Batak berdiam di daerah pedesaan yang disebut Huta atau Kuta menurut istilah Karo. Biasanya satu Huta didiami oleh keluarga dari satu marga.Ada pula kelompok
kerabat yang disebut marga taneh yaitu kelompok pariteral keturunan pendiri
dari Kuta. Marga tersebut terikat
oleh simbol-simbol tertentu misalnya nama marga. Klen kecil tadi merupakan
kerabat patrilineal yang masih berdiam dalam satu kawasan. Sebaliknya klen
besar yang anggotanya sdah banyak hidup tersebar sehingga tidak saling kenal
tetapi mereka dapat mengenali anggotanya melalui nama marga yang selalu
disertakan dibelakang nama kecilnya, Stratifikasi sosial orang Batak didasarkan
pada empat prinsip yaitu : (a) perbedaan tigkat umur, (b) perbedaan pangkat dan
jabatan, (c) perbedaan sifat keaslian dan (d) status kawinC.
Mata Pencaharian
Pada
umumnya masyarakat batak bercocok tanam padi di sawah dan ladang. Lahan didapat
dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap kelurga mandapat tanah tadi tetapi
tidak boleh menjualnya. Selain tanah ulayat adapun tanah yang dimiliki
perseorangan.Perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak antara lain perternakan kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan ikan dilakukan sebagian penduduk disekitar danau Toba. Sektor kerajinan juga berkembang. Misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran kayu, temmbikar, yang ada kaitanya dengan pariwisata.
D.
Kepercayaan
Pada abad
19 agama islam masuk daerah penyebaranya meliputi batak selatan. Agama kristen
masuk sekitar tahun 1863 yang
disiarkan oleh para Missionaris dari Jerman yang bernama Nomensen dan
penyebaranya meliputi batak utara. Walaupun d emikian banyak sekali masyarakat
batak didaerah pedesaan yang masih mempertahankan konsep asli religi penduduk
batak. Orang batak mempunyai konsepsi bahwa alam semesta beserta isinya
diciptakan oleh Debeta Mula Jadi Na Balon
dan bertempat tinggal diatas langit dan mempunyai nama-nama sesuai dengan
tugasnya dan kedudukanya. Debeta Mula
Jadi Na Balon: bertempat tinggal dilangit dan merupakan maha pencipta; Siloan Na Balom: berkedudukan sebagai
penguasa dunia mahluk halus. Menyangkut
jiwa dan roh, suku Batak mengenal tiga konsep, yaitu:a. Tondi:
Jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi didapat sejak seseorang di dalam kandungan. Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya.
b. Sahala:
c. Begu:Jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi, tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula.
a) Sombaon, yaitu begu yang bertempat tinggal di pegunungan atau dihutan rimba yang gelap dan mengerikan.Tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam. Beberapa begu yang ditakuti oleh orang Batak, yaitu:
b) Solobean, yaitu begu yang dianggap penguasa pada tempat tempat tertentu
c) Silan, yaitu begu dari nenek moyang pendiri hutan/kampung dari suatu marga
d) Begu
Ganjang, yaitu begu yang sangat ditakuti, karena
dapat membinasakan orang lain menurut perintah pemeliharanya.
Ada juga kepercayaan yang ada di Tarutung tentang ular (ulok) dengan
boru Hutabarat, dimana boru Hutabarat tidak boleh dikatakan cantik di Tarutung. Apabila dikatakan cantik
maka nyawa wanita tersebut tidak akan lama lagi, menurut kepercayaan orang itu.
E. Kesenian
1. Seni
Tarian
Seni tari Batak pada zaman dahulu merupakan sarana utama pelaksanaan upacara ritual keagamaan. Menari juga dilakukan dalam acara gembira seperti sehabis panen, perkawinan, yang waktu itu masih bernapaskan mistik (kesurupan). Acara pesta adat yang membunyikan gondang sabangunan (dengan perangkat musik yang lengkap), erat hubungannya dengan pemujaan para Dewa dan roh-roh nenek moyang (leluhur) pada zaman dahulu. Contohnya seni Tari Tor-tor (bersifat magis). Didalam menari setiap penari harus memakai Ulos.
Orang Batak mempergunakan alat musik/Gondang yaitu terdiri dari: Ogung sabangunan terdiri dari 4 ogung. Kalau kurang dari empat ogung maka dianggap tidak lengkap dan bukan Ogung sabangunan dan dianggap lebih lengkap lagi kalau ditambah dengan alat kelima yang dinamakan Hesek. Kemudian Tagading terdiri dari 5 buah. Kemudian Sarune (sarunai) harus memiliki 5 lobang diatas dan satu dibawah.
Menari juga dapat menunjukkan sebagai pengejawantahan isi hati saat menghadapi keluarga atau orang tua yang meninggal, tariannnya akan berkat-kata dalam bahasa seni tari tentang dan bagaimana hubungan batin sipenari dengan orang yang meninggal tersebut. Juga Menari dipergunakan oleh kalangan muda mudi menyampai hasrat hatinya dalam bentuka tarian, sering taruian ini dilakukan pada saat bulan Purnama. Kesimpulannya bahwa tarian ini dipergunaka sebagai sarana penyampaian batin baik kepada Roh-roh leluhur dan maupun kepada orang yang dihormati (tamu-tamu) dan disampaikan dalam bentuk tarian menunjukkan rasa hormat.
2. Seni arsitektur
Rumah adat Siwaluh Jabu, rumah adat Batak Karo. Rumah ini bertiang tinggi dan satu rumah biasanya dihuni atas satu keluarga besar yang terdiri dari 4 sampai 8 keluarga Batak. Di dalam rumah tak ada sekatan satu ruangan lepas. Namun pembagian ruangan tetap ada, yakni dibatasi oleh garis-garis adat istiadat yang kuat, meski garis itu tak terlihat. Masing-masing ruangan mempunyai nama dan siapa yang harus menempati ruangan tersebut, telah ditentukan pula oleh adat.
Fungsi utama dari ujung atap yang menonjol ini adalah untuk memungkinkan asap keluar dari tungku dalam rumah. Pada bagian depan dan belakang rumah adalah panggung besar yang disebut ture, konstruksinya sederhana dari potongan bambu melingkar dengan diameter 6 cm. Panggung ini dugunakan untuk tempat mencuci, menyiapkan makanan, sebagai tempat pembuangan (kotoran hewan) dan sebagai ruang masuk utama. Jalan masuk menuju ture adalah tangga bambu atau kayu.
E. Kesenian
1. Seni
TarianSeni tari Batak pada zaman dahulu merupakan sarana utama pelaksanaan upacara ritual keagamaan. Menari juga dilakukan dalam acara gembira seperti sehabis panen, perkawinan, yang waktu itu masih bernapaskan mistik (kesurupan). Acara pesta adat yang membunyikan gondang sabangunan (dengan perangkat musik yang lengkap), erat hubungannya dengan pemujaan para Dewa dan roh-roh nenek moyang (leluhur) pada zaman dahulu. Contohnya seni Tari Tor-tor (bersifat magis). Didalam menari setiap penari harus memakai Ulos.
Orang Batak mempergunakan alat musik/Gondang yaitu terdiri dari: Ogung sabangunan terdiri dari 4 ogung. Kalau kurang dari empat ogung maka dianggap tidak lengkap dan bukan Ogung sabangunan dan dianggap lebih lengkap lagi kalau ditambah dengan alat kelima yang dinamakan Hesek. Kemudian Tagading terdiri dari 5 buah. Kemudian Sarune (sarunai) harus memiliki 5 lobang diatas dan satu dibawah.
Menari juga dapat menunjukkan sebagai pengejawantahan isi hati saat menghadapi keluarga atau orang tua yang meninggal, tariannnya akan berkat-kata dalam bahasa seni tari tentang dan bagaimana hubungan batin sipenari dengan orang yang meninggal tersebut. Juga Menari dipergunakan oleh kalangan muda mudi menyampai hasrat hatinya dalam bentuka tarian, sering taruian ini dilakukan pada saat bulan Purnama. Kesimpulannya bahwa tarian ini dipergunaka sebagai sarana penyampaian batin baik kepada Roh-roh leluhur dan maupun kepada orang yang dihormati (tamu-tamu) dan disampaikan dalam bentuk tarian menunjukkan rasa hormat.
2. Seni arsitektur
Rumah adat Siwaluh Jabu, rumah adat Batak Karo. Rumah ini bertiang tinggi dan satu rumah biasanya dihuni atas satu keluarga besar yang terdiri dari 4 sampai 8 keluarga Batak. Di dalam rumah tak ada sekatan satu ruangan lepas. Namun pembagian ruangan tetap ada, yakni dibatasi oleh garis-garis adat istiadat yang kuat, meski garis itu tak terlihat. Masing-masing ruangan mempunyai nama dan siapa yang harus menempati ruangan tersebut, telah ditentukan pula oleh adat.
Fungsi utama dari ujung atap yang menonjol ini adalah untuk memungkinkan asap keluar dari tungku dalam rumah. Pada bagian depan dan belakang rumah adalah panggung besar yang disebut ture, konstruksinya sederhana dari potongan bambu melingkar dengan diameter 6 cm. Panggung ini dugunakan untuk tempat mencuci, menyiapkan makanan, sebagai tempat pembuangan (kotoran hewan) dan sebagai ruang masuk utama. Jalan masuk menuju ture adalah tangga bambu atau kayu.
NILAI BUDAYA
1.Tarombo
Silsilah atau Tarombo merupakan suatu hal yang sangat
penting bagi orang Batak. Bagi mereka yang tidak mengetahui silsilahnya akan
dianggap sebagai orang Batak kesasar (nalilu). Orang Batak khusunya kaum
Adam diwajibkan mengetahui silsilahnya minimal nenek moyangnya yang menurunkan
marganya dan teman semarganya (dongan tubu). Hal ini diperlukan
agar mengetahui letak kekerabatannya (partuturanna) dalam suatu klan atau
marga.
2. Kekerabatan
Nilai
kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam pelaksanaan adat Dalian Na
Talu, dimana seseorang harus mencari jodoh diluar kelompoknya, orang-orang
dalam satu kelompok saling menyebut Sabutuha (bersaudara), untuk kelompok yang
menerima gadis untuk diperistri disebut Hula-hula. Kelompok yang memberikan
gadis disebut Boru.
3. Hagabeon
Nilai
budaya yang bermakna harapan panjang umur, beranak, bercucu banyak, dan yang
baik-baik.
4. Hamoraan
Nilai
kehormatan suku Batak yang terletak pada keseimbangan aspek spiritual dan
meterial.
5. Uhum dan ugari
Nilai
uhum orang Batak tercermin pada kesungguhan dalam menegakkan keadilan sedangkan
ugari terlihat dalam kesetiaan akan sebuah janji.
6. Pengayoman
Pengayoman
wajib diberikan terhadap lingkungan masyarakat, tugas tersebut di emban oleh
tiga unsur Dalihan Na Tolu.
7. Marsisarian
Suatu nilai yang berarti saling mengerti, menghargai, dan saling membantuDAFTAR PUSTAKA :
http://hasanwijaya766hi.blogspot.co.id/2013/04/contoh-wujud-kebudayaan.html
http://yohanberntwen.blogspot.co.id/2012/10/wujud-kebudayaan-dan-unsur-unsur.html
0 comments