Internet Addiction & Contoh

by - 10.35

NAMA : SARAH DEWI ULI PASARIBU(17515854)
KELAS: 2PA11

Internet Addiction & Contoh

1. Pengertian

Seperti halnya adiksi terhadap zat, adiksi internet dapat diartikan sebagai pemakaian internet secara terus-menerus hingga dapat mengganggu kehidupan sehari-hari penderitanya.

2. Kriteria-Kriteria Internet Addiction

    Kriteria untuk mengetahui seseorang telah mengalami adiksi terhadap internet diadaptasi dari kriteria-kriteria ketergantungan zat seperti disebutkan di dalam DSM-IV, yaitu :
a. Toleransi, yang ditunjukkan dalam perilaku sebagai berikut :
• Kebutuhan meningkatkan waktu penggunaan internet untuk mendapatkan kepuasan dan mengurangi efek keinginan terus-menerus memakai internet
• Secara nyata mengurangi efek keinginan tersebut dengan melanjutkan pemakaian internet dengan waktu yang sama terus menerus
b. Withdrawal, yang termanifestasikan ke dalam salah satu ciri-ciri berikut :
• Kesulitan untuk menghentikan atau mengurangi pemakaian internet, agitasi psikomotor, kecemasan, secara obsesif memikirkan tentang apa yang sedang terjadi di internet, fantasi atau mimpi tentang internet, sengaja atau tidak sengaja menggerakkan jari-jari seperti gerakan sedang mengetik dengan komputer.
• Pemakaian internet atau layanan online yang mirip untuk melepaskan diri atau menghindarkan diri dari simptom-simptom withdrawal.
c. Sering menghabiskan waktu mengakses internet lebih lama dari yang direncanakan (kehilangan orientasi waktu).
d. Gagal mewujudkan keinginan untuk mengurangi atau mengontrol pemakaian internet.
e. Menghabiskan banyak waktu dengan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan internet (misalnya membeli buku-buku tentang internet, mencoba-coba browser WWW baru, dan mengatur material-material hasil dari download).
f. Terganggunya kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan keluarga, lingkungan, pekerjaan akibat pemakaian internet.
g. Tetap menggunakan internet secara berlebihan meskipun sudah memiliki pengetahuan mengenai dampak-dampak negatif dari pemakaian internet secara berlebihan.

Zsolt Demetrovics, et. al. (2008) mengembangkan kuisioner mengenai internet addiction yang disebut PIUQ (Problematic Internet Use Questionnaire). Faktor-faktor internet dalam kuisioner tersebut terbagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu:
a. Keterikatan mental dengan internet
Yang termasuk dalam kategori ini antara lain melamun, sering berfantasi tentang internet, menunggu kesempatan untuk ber-online lagi, di sisi lain, kecemasan, kekhawatiran, dan depresi karena kurangnya pemakaian internet.
b. Pengabaian aktivitas sehari-hari dan kebutuhan-kebutuhan dasar
Faktor ini adalah mengenai berkurangnya tingkat kepentingan urusan rumah tangga, pekerjaan, belajar, makan, hubungan sesama, dan aktivitas-aktivitas lain serta pengabaian aktivitas-aktivitas tersebut akibat peningkatan frekuensi pemakaian internet.
c. Kesulitan dalam mengontrol pemakaian internet
Yang termasuk dalam kategori ini adalah pemakaian internet yang lebih sering dan lebih lama dari yang sebelumnya direncanakan, disamping ketidakmampuan untuk mengurangi jumlah pemakaian internet.

3. Jenis-Jenis Internet addiction

Berikut ini adalah sub-sub tipe dari internet addiction menurut Kimberly S. Young, et. al. (2006):

a. Cybersexual Addiction,

Termasuk ke dalam cybersexual addiction antara lain adalah individu yang secara kompulsif mengunjungi website-website khusus orang dewasa, melihat hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas yang tersaji secara eksplisit, dan terlibat dalam pengunduhan dan distribusi gambar-gambar dan file-file khusus orang dewasa.

Contoh : Komplotan cybersex dunia terbongkar di Filipina

Sindonews.com - Kepolisian Nasional Filipina dan Polisi internasional (Interpol) membongkar komplotan penjahat pornografi dunia. Sebanyak 58 orang dari komplotan itu ditangkap, dan 250 komputer dan laptop disita.
Polisi menyebut komplotan itu sebagai sindikat  “sextortion” internasional. Mereka terlibat dalam kejahatan cybersex. Salah satunya mengunggah video-video asusila. Modus kejahatan dari komplotan itu adalah memeras para korban dalam video yang mereka sebarkan di internet.
Para korbannya mencapai ratusan orang dari berbagai negara. Seperti Australia, Singapura, Hong Kong, Amerika Serikat dan Inggris. Komplotan itu sudah beraksi tiga hingga empat tahun terakhir ini.
Kepala Polisi Filipina, Alan Purisima, mengatakan, para korban diancam agar menyerahkan uang jika video asusila mereka tidak ingin tersebar ke internet. Dari aksi tersebut, komplotan “sextortion” telah meraup jutaan peso atau ribuan dolar Amerika Serikat.
Salah satu korban komplotan itu adalah seorang remaja Inggris berusia 17 tahun, yang akhirnya memilih bunuh diri karena malu. Bukti remaja itu menjadi korban salah satunya, pernah terlibat pembicaraan dengan seseorang dari Filipina.
Sindikat menggunakan sejumlah platform internet, tidak hanya media sosial seperti Facebook dan Twitter. Komplotan itu terbongkar, setelah Interpol memantai media sosial dan alat IP tertentu. Interpol juga memantau aliran uang dari para korban.
Purisima mengatakan, komplotan itu mendapat konten-konten asusila berkat melakukan kontak di media sosial. Caranya, mereka berteman dengan akun para korban, kemudian mengajak mereka untuk melakukan aksi cybersex.
”Gambar-gambar atau informasi ini yang kemudian digunakan sindikat tersebut untuk memeras para korban dengan ancaman menyebarkan konten asusila itu kepada orang lain,” kata Purisima, seperti dikutip Reuters. Setiap korban rata-rata diperas antara USD500 hingga USD2.000.

b. Cyber-Relationship Addiction

Cyber-relationship addiction mengacu pada individu yang senang mencari teman atau relasi secara online. Individu tersebut menjadi kecanduan untuk ikut dalam layanan chat room dan seringkali menjadi terlalu-terlibat dalam hubungan pertemanan online atau terikat dalam perselingkuhan virtual.

Contoh : Pengguna Media Sosial Banyak yang Selingkuh

Liputan6.com, Menurut sebuah penelitian, seseorang yang kerap menggunakan media sosial, sekitar 32 persen di antaranya lebih cenderung berpikir untuk meninggalkan pasangannya. Para peneliti dari Boston University menemukan korelasi antara penggunaan media sosial, masalah perkawinan, dan perceraian.
Peneliti menyimpulkan bahwa Facebook merupakan salah satu penyebab meningkatnya perceraian suami-istri. Penelitian yang dipimpin oleh James E. Katz di College of Communication ini membandingkan tingkat perceraian suami-istri di 43 negara antara tahun 2008 dan 2010.
Untuk mengetahui 'penetrasi Facebook', Katz bersama dua orang penulis menghitung jumlah akun Facebook dan dibagi dengan populasi di suatu negara. Para peneliti menemukan bahwa peningkatan 20 persen pengguna Facebook di tiap negara dapat dikaitkan dengan pertumbuhan tingkat perceraian sebesar 2,18 persen.
Ketika penulis menghitung variabel status pekerjaan, usia, dan ras, korelasinya tetap konstan. Mereka menemukan bahwa korelasi bisa menjadi prediktor signifikan dari angka perceraian. Demikian seperti dikutip dari Daily Mail, Jumat (4/6/2014).
"Studi ini melihat data untuk memahami perilaku manusia yang dipengaruhi oleh teknologi komunikasi, khususnya teknologi yang berbasis mobile," kata Katz.
Para peneliti juga memeriksa data yang dikumpulkan pada tahun 2011 oleh University of Texas di Austin, yang meminta 1.160 orang menikah di usia 18-39 tahun bercerita tentang keharmonisan rumah tangga mereka.
Orang yang tidak menggunakan media sosial, 11,4 persen di antaranya lebih merasa bahagia dengan pernikahannya dibandingkan dengan orang yang menggunakan media sosial. Sementara para pengguna media sosial, 32 persen di antaranya cendurung tidak betah di rumah dan berpikir untuk meninggalkan pasangannya.
Meskipun beberapa studi sebelumnya menunjukkan bahwa Facebook dan situs media sosial lainnya membuat orang lebih sering berbohong, para peneliti menyimpulkan bahwa pria dan wanita yang mengalami masalah pernikahan, kerap memperoleh dukungan emosional dari media sosial.
Pun demikian, banyak pasangan suami-istri yang menjadi korban akibat penggunaan Facebook. Lynn France, seorang ahli terapi okupasional dari Cleveland, Ohio terkejut ketika ia melihat foto suaminya, John, menikah dengan orang lain di Facebook.

c. Net compulsions

Yang termasuk dalam sub tipe net compulsions misalnya perjudian online, belanja online, dan perdagangan online.

Contoh : Bareskrim Ungkap Judi Berkedok Permainan Anak di Riau

Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 16 orang ditangkap jajaran Subdit III Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri. Mereka diduga terlibat dalam sindikat perjudian di Dumai, Riau. Kasubdit III Dittipidum Bareskrim Kombes Sulistiyono mengatakan keenam belas tersangka itu diamankan dari sejumlah tempat.
Dalam menjalankan bisnis haramnya, mereka berpura-pura membuka wahana permain untuk anak-anak.
"Lokasi perjudian ini berkedok permainan anak-anak, tapi bila menang voucernya bisa ditukar uang langsung," kata Sulistiyono di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Selasa (23/8/2016).
Ia menjelaskan, dua lokasi yang digerebek ialah di Star Zone bertempat di Jalan Budi Kemuliaan, Dumai, Riau.
Di situ sebanyak tujuh tersangka ditangkap dan diamankan juga 45 mesin permainan. Kemudian lokasi lainnya berada di Jalan Hasanudin, Kelurahan Rimba Sekampung, Dumai, Riau. Di tempat itu, para pelaku juga seakan-akan menyewakan permainan anak-anak.
"Kami juga sita 76 lembar voucer serta uang tunai Rp 33.731.000. Di sana juga ditemukan 12 mesin permainan, 285 lembar voucer dan uang tunai sebesar Rp 26.955.000," dia menambahkan.
Dari dua lokasi itu, Sulistiyono menambahkan, per bulannya mendapatkan omzet Rp 600 juta. "Kini pelaku sudah kami tahan dan kami kenakan Pasal 303 KUHP tentang perjudian," Sulistiyono menandaskan.

d. Information Overload

Information overload mengacu pada web surfing yang bersifat kompulsif.

e. Computer Addiction

Salah satu bentuk dari computer addiction adalah bermain game komputer yang bersifat obsesif.

Contoh: Main Game 3 Hari, Pria Taiwan Meninggal di Warnet

Liputan6.com, Taipei- Hati-hati apabila Anda kecanduan bermain game. Jangan sampai nyawa Anda melayang karena kecanduan permainan komputer ini. Seorang gamer berusia 32 tahun diketemukan meninggal dunia di kursi di sebuah warnet di Taiwan.
Gamer berjenis kelamin pria ii diketahui bernama Hsieh ditemukan merosot di kursinya setelah menghabiskan 72 jam di depan layar komputer.
Staf warnet awalnya mengira Hsieh sedang tidur. Namun ia segera dilarikan ke rumah sakit setelah mereka menemukan dia tidak bernapas. Tak lama kemudian, Hsieh dinyatakan meninggal.
Para dokter di Rumah Sakit Nasional Taiwan mengatakan kepada Taiwan Today, Senin (19/1/2015) bahwa Hsieh meninggal karena gagal jantung yang disebabkan oleh periode intens bermain game. Hsieh dilaporkan penggemar mermainan combat game atau tempur. (Liz)












DAFTAR PUSTAKA :

http://ururureaoka.blogspot.co.id/2011/06/internet-addiction-kecanduan-internet.html

http://international.sindonews.com/read/859717/40/komplotan-cybersex-dunia-terbongkar-di-filipina-1399016146

http://tekno.liputan6.com/read/2072428/pengguna-media-sosial-banyak-yang-selingkuh

http://news.liputan6.com/read/2584456/bareskrim-ungkap-judi-berkedok-permainan-anak-di-riau

http://global.liputan6.com/read/2162908/main-game-3-hari-pria-taiwan-meninggal-di-warnet


You May Also Like

0 comments

Brown Bobblehead Bunny